Artikel Jurnal Organisasi Sekolah
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang membentuk satu kesatuan
yang utuh. Di dalam sekolah terdapat berbagai macam sistem sosial yang berkembang dari
sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola dan tujuan tertentu yang saling
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga membentuk perilaku dari hasil
hubungan individu dengan individu maupun dengan lingkungannya. Yang dimaksud dengan
lingkungan adalah suatu upaya yang diciptakan untuk membantu individu tumbuh dan berkembang
serta bermanfaat bagi kehidupan. Perilaku didalam sekolah tersebut membentuk suatu budaya
organisasi yaitu sebagai budaya sekolah yang tertanam pada jati diri sekolah tersebut dan
membentuk iklim budaya sekolah. Sekolah juga merupakan suatu kesatuan lembaga pendidikan
yang bersifat kompetitif dan bekembang secara terus menerus mengikuti perkembangan era
globalisasi.
Sekolah sebagai organisasi, organisasi dicirikan dengan perilaku didalam iklim organisasi yang
menyatu pada budaya organisasi yaitu sekolah. Menurut James L. Gibson (1985) bahwa keefektifan
sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku manusiannya. Orang adalah sumber daya yang
umum bagi semua organisasi, tidak ada organisasi “ tanpa orang “. Seperti halnya pada sebuah
sekolah bahwa keefektifan sekolah sangat bergantung pada Sumber Daya Manusia di dalamnya.
Ketika organisai atau lembaga pendidikan yaitu sebuah sekolah memasuki lingkungan bisnis maka
saat itu juga memasuki lingkungan yang kompetitif. Oleh karena itu manajemen lembaga pendidikan
memerlukan sistem manajemen yang baik dan sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis pendidikan.
Maka diperlukannya penigkatan mutu pelayanan pendidikan. Mutu pelayanan pendidikan diperoleh
dan dibentuk dari iklim organisasi sekolah itu sendiri yang ditekankan pada kiat Sumber Daya
Manusia di dalam sekolah, sebab organisasi sebagai suatu sistem sosial. Hubungan antara individu
dan kelompok dalam organisasi sekolah menciptakan harapan-harapan bagi perilaku individu yang
berujung pada pembangunan budaya organisasi sekolah. Di dalam suatu dimensi lingkungan banyak
variabel – variabel yang mempengaruhi organisasi sekolah beserta manajemen didalamnya.
Budaya sekolah sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan pendidikan. Konsumen atau
pelanggan pendidikan memerlukan mutu untuk memenuhi kebutuhan mereka, menyenangkan
mereka dan mutu menjadi prioritas pertama didalam sebuah sekolah. Sebuah sekolah yang berhasil
akan melakukan hal yang sangat baik melalui peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan hasilnya,
sekolah akan tumbuh dan memiliki potensi bisnis pendidikan yang sangat luar biasa.
Manajemen dan usaha perbaikan secara terus menerus mampu menjawab dan mengubah posisi
budaya sekolah yang lebih baik dan unggul. Manajemen dalam organisasi sekolah juga harus
tanggap terhadap faktor- faktor kebutuhan pelanggan atau klien pendidikan, kendala hukuman atau
politis, serta perubahan ekonomi, teknologi dan pembangunan. Total Quality Management sebagai
pendekatan yang digunakan dalam meningkatkan iklim budaya sekolah sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan. Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1995)
bahwa Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.
Dalam mutu pelayanan pendidikan terdapat suatu produktivitas yang harus dikendalikan sebagai
perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang
dipergunakan (input). Pengelolaan produktivitas itu sendiri tak lepas dari gaya kepemimpinan
seorang manajer sekolah. Kepemimpinan dalam organisasi merupakan motor atau daya penggerak
daripada semua sumber – sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi (Sondang P. Siagian).
Produktivitas suatu sekolah dapat dinyatakan secara kuantitas dan kualitas sebagai proses
membangun budaya sekolah yang baik melalui peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
Produktivitas sekolah secara kuantitas di ukur berupa output jumlah tamatan sebuah sekolah dan
input jumlah tenaga kerja dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb).
Produktivitas sekolah dalam ukuran kualitas tidak dapat di ukur dengan uang, namun digambarkan
dari ketetapan menggunakan metode, cara kerja dan penggunaan cara tersebut sehingga beban dan
volume kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat respon positif
oleh pelanggan sekolah terhadap hasil kerjanya.
Dari pernyataan di atas, maka budaya organisasi yang di warnai dengan iklim sekolah dapat
mempengaruhi suatu mutu pelayanan pendidikan didalam sekolah itu sendiri dan menekankan pada
kepuasan pelanggan pendidikan.
PEMBAHASAN
Budaya merupakan nilai – nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai acuan bersama yang diikuti dan
dihormati. Didalam organisasi, kebiasaan ini menjadi budaya kerja sumber daya manusia didalam
organisasi, dan sering dinamakan budaya organisasi. Budaya organisasi sekolah sebagai cara orang
melakukan sesuatu dalam organisasi. Budaya organisasi merupakan satuan norma yang terdiri dari
keyakinan, sikap, Core Values, dan pola perilaku yang dilakukan orang dalam organisasi (Tan,
2002:18). Keyakinan bersama, Core Values dan pola perilaku mempengaruhi kinerja organisasi.
Keyakinan adalah semua asumsi dan persepsi tenteng sesuatu, orang dan organisasi secara
keseluruhan, dan diterima sebagai sesuatu yang benar dan sah. Core Values adalah nilai-nilai
dominan yang diterima diseluruh organisasi, sedangkan pola perilaku adalah cara orang bertindak
terhadap orang lain. Suatu organisasi dengan keyakinan atas potensi orangnya dan Core Values atas
penghargaan akan mempunyai pola perilaku yang diinginkan dalam memperlakukan orang dengan
baik.
Didalam era yang semakin kompetitif ini, budaya organisasi berkembang sesuai perkembangan
lingkungan. Terlebih pada bidang organisasi pendidikan yaitu sekolah mengalami perkembangan
sangat pesat sekali. Budaya organisasi pada setiap sekolah – sekolah kota sangat berbeda –beda.
Budaya organisasi memiliki ciri – ciri yang stabil dan tetap, yang cenderung membuat budaya
tersebut sangat kebal terhadap perubahan. Sebuah budaya membutuhkan waktu yang lama untuk
pembentukannya dan sekali terbentuk, budaya itu cenderung menjadi berurat berakar. Budaya-
budaya yang kuat, seperti IBM bisa kebal terhadap perubahan sebab para karyawan ikut terlibat
didalamnya. Begitu pula dengan organisasi pendidikan akan bisa kuat jika personil – personil
pendidikan ikut terlibat didalam manajemen sekolah tersebut.
Di dalam organisasi pendidikan tidak lepas dari perilaku organisasi itu sendiri. Karena perilaku
organisasi tersebut cenderung membentuk budaya yang akan di pakai sebagai dasar pijakan mutu
organisasi yaitu mutu pelayanan pendidikan. Menurut Pheagan (2000:5) mengemukakan bahwa apa
yang kita lakukan tergantung pada dua hal, yaitu kepribadian dan situasi. Apabila organisasi bergerak
dari situasi yang satu ke situasi lainnya, kita mengubah perilaku seperti yang diperlukan. Disatu sisi
lain, kita hanya dapat melakukan sedikit hal atas kepribadian seseorang, tetapi lebih banyak dapat
berbuat pada situasi, situasi ni berbentuk budaya yang sebenarnya dan dapat dipengaruhi. Interaksi
antara situasi dan kepribadian membentuk perilaku seseorang. Perilaku merupakan cermin budaya
dan kepemimpinan. Hal yang dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan budaya organisasi.
Hal yang dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan perilaku pemimpinnya.
Perilaku organisasi itu sendiri ibarat organisme biologi yang telah dewasa, terarah pada satu tujuan
dan bukannya sekedar bergerak secara refleksi atau acak berkala, semua ini tergantung pada
lingkungan organisasi yang membentuk perilaku organisasi. Banyak perkembangan ekonomi,
budaya, politik dan ilmu pengetahuan dalam lingkungan sehingga banyak mempengaruhi tujuan
organisasi. Bidang pendidikan yang merupakan organisasi sekolah akan cepat berkembang pesat
sesuai lingkungan sekitar dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, organisasi sekolah tergantung
pada lingkungan dan perkembangan zaman sehingga banyal yang akan berkontradisi, maka
organisasi sekolah terlebih pada Sekolah Dasar Negeri Kota harus lebih menyesuaikan diri terhadap
perubahan – perubahan dalam lingkungannya agar supaya tetap hidup dan mendapatkan sebuah
keuntungan bagi sekolah itu sendiri.
Organisasi sekolah akan menembus semua tingkat kehidupan, dimana seseorang akan terlibat dan
berhubungan dengan berbagai organisasi beserta manajemennya. Pada kenyataannya, pelanggan
pendidikan maupun non pendidikan masa ini hidup dengan di pengaruhi oleh organisasi, sehingga
sebagian besar individu didalam kehidupannya menghabiskan waktu sebagai anggota organisasi
kerja, sekolah, sosial, negara, gereja, maupun masjid. Individu di dalam organisasi tersebut sebagai
karyawan, mahasiswa, klien, pasien, atau warga negara sekali pun.
Seorang mendirikan sebuah sekolah karena alasan, bahwa organisasi dapat mencapai sesuatu yang
tidak dapat di capai secara perorangan. Jadi, tujuan untuk memperoleh keuntungan dalam
menyelenggarakan dan mengelolah sekolah dapat dilaksanakan secara terarah sesuai dengan tujuan
sekolah itu sendiri. Untuk menyelenggarakan sebuah organisasi pendidikan harus memikirkan mutu
pelayanan dari pendidikan itu sendiri, tidak menutup kemungkinan mutu pelayanan dibutuhkan
untuk menarik pelanggan pendidikan dan memberikan yang terbaik bagi pelanggan pendidikan dan
kemajuan organisasi sekolah.
Organisasi pendidikan masing – masing mempunyai sebuah tujuan tersendiri, untuk itu dalam
mencapai tujuan yakni tujuan sekolah diperlukan sebuah mutu pelayanan sekolah. Mutu pelayanan
tersebut merupakan sebuah pemberian jasa kepada pelanggan. Pelanggan menjadi prioritas utama
dalam pelayanan. Pelanggan pendidikan terdiri dari pelanggan internal dan eksternal. Keragaman
pelanggan tersebut membuat seluruh organisasi pendidikan harus lebih memfokuskan perhatiannya
kepada para pelanggan dan mengembangkan mekanisme untuk merespon mereka.
Kebutuhan dan hasil produktivitas pelanggan internal dan eksternal pendidikan berbeda sekali.
Didalam Total Quality Management, salah satu tujuan TQM adalah untuk merubah institusi yang
mengoperasikannya menjadi sebuah tim yang ikhlas, tanpa konflikn dan kompetensi internal, untuk
meraih sebuah tujuan tunggal, yaitu memuaskan pelanggan.
Total Quality Management adalah sebuah pendekatan praktis, namun strategis, dalam menjalankan
roda organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kliennya, (Edward Sallis :
2011). Tujuannya adalah untuk mencari hasil yang lebih baik. TQM bukan merupakan sekumoulan
slogan, namun merupakan suatu pendekatan sistematis dan hati – hati untuk mencapai tingkatan
mutu atau kualitas yang tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan.
Sebagai sebuah pendekatan, TQM mencari sebuah perubahan permanen dalam tujuan sebuah
organisasi pendidikan, dari tujuan tersebut sekolah mempunyai tingkat kelayakan jangka pendek
menuju perbaikan mutu jangka panjang. Sekolah yang melakukan inovasi secara konstan, melakukan
perbaikan dan perubahan secara terarah, dan mempraktekan TQM, akan mengalami siklus
pernaikan secara terus menerus. Semangat Manajemn dalam TQM akan menciptakan sebuah upaya
sadar untuk menganakisa apa yang sedang dikerjakan dan merencanakan perbaikannya. Untuk
menciptakan kultur perbaikan terus menerus, seseorang manajer harus mempercayai stafnya dan
mendelegasikan keputusan pada tingkatan – tingakatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk
menyampaikan mutu dalam linkungan mereka. Staf membutuhkan kebebasan kerja dalam kerangka
kerja yang sudah jelas dan tujuan oerganisasi pendidikan yang sudah diketahui.
Dalam melaksanakan sebuah alur TQM, mutu merupakan sebuah gairah dan pandangan hidup bagi
organisasi sekolah yang menerapkannya. Yaitu bagaimana membangkitkan keinginan dan hasrat
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal tersebut akan terwujud jika adanya kepemimpinan yang
baik pada sebuah organisasi sekolah. Kepemimpinan adalah unsur yang penting dalam TQM.
Pemimpin harus memiliki visi dan mampu menerjemahkan visi tersebut kedalam kebijakan yang
jelas dan tujuan yang spesifik.
Kepemimpinan sekolah yang dilakukan oleh seorang pemimpin menjadi pertimbangan yang penting
dalam mencapai mutu yang unggul. Pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif – perspektif
berikut ini : Visi dan simbol – simbol, Kepala Sekolah harus mengkomunikasikan nilai – nilai
organisasi sekolah kepada para staf, para pelajar dan kepada komunitas yang yang lebih luas,
Mengkondisikan gaya kepemimpinan yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi, Memberi pencerahan
kepada para pelajar bahwa organisasi pendidikan memiliki fokus yang jelas terhadap pelanggan
utamanya, Otonomi, eksperimentasi dan antisipasi terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus
melakukan inovasi diantara staf-stafnya dan bersiap-siap mengantisipasi kegagalan yang mengiringi
inovasi tersebut, Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin harus menciptakan rasa kekeluargaan
diantara para pelajar, orangtua, guru, dan staf dalam organisasi sekolah, Ketulusan, kesabaran,
semangat, intensitas, dan antusiasme. Sifat – sifat tersebut merupakan mutu personal essensial yang
dibutuhkan pemimpin lembaga pendidikan.
Dalam hubungan mutu dengan perilaku pemimpin, ada dua hal yang biasanya terhadap bawahan
atau stafnya untuk mencapai mutu pelayanan sekolah, yaitu : perilaku mengarahkan dan perilaku
mendukung. Perilaku mengarahkan dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seseorang pemimpin
melibatkan diri dalam komunikasi satu arah dalam lembaga pendidikan. Bentuk dari perilaku
pengarahan dalam komunikasi antara lain : menetapkan peranan yang seharusnya dilakukan oleh
bawahan atau stafnya, memberitahukan pengikut tentang apa yang seharunya bisa dikerjakan.
Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua
arah, misalnya : mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi, dan
melibatkan para stafnya dalam pengambilan keputusan. Hal diatas menyatakan bahwa staf atau
bawahan juga ikut serta berperan untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.
Kesimpulan
Di dalam organisasi pendidikan tidak lepas dari perilaku organisasi itu sendiri. Karena perilaku
organisasi cenderung membentuk budaya yang akan di pakai sebagai dasar pijakan mutu organisasi
yaitu mutu pelayanan pendidikan. Perilaku merupakan cermin budaya dan kepemimpinan. Hal yang
dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan budaya organisasi. Hal yang dilakukan orang dalam
organisasi mencerminkan perilaku pemimpinnya.
Saran
Bagi semua pemimpin di dalam ruang lungkup pendidikan yaitu sekolah sebaiknya memperbaiki
mutu pelayanan pendidikan didalam organisasi itu sendiri dengan cara melakukan perbaikan secara
terus menerus. Dengan peningkatan mutu yang lebih baik akan mengubah buadaya organisasi serta
perilaku organisasi yang lebih unggul juga.
No comments:
Post a Comment