Monday, November 10, 2014

RINGKASAN JURNAL ORGANISASI SEKOLAH

Artikel Jurnal Organisasi Sekolah

PENDAHULUAN

Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang membentuk satu kesatuan 

yang utuh. Di dalam sekolah terdapat berbagai macam sistem sosial yang berkembang dari 

sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola dan tujuan tertentu yang saling 

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga membentuk perilaku dari hasil 

hubungan individu dengan individu maupun dengan lingkungannya. Yang dimaksud dengan 

lingkungan  adalah suatu upaya yang diciptakan untuk membantu individu tumbuh dan berkembang 

serta bermanfaat bagi kehidupan. Perilaku didalam sekolah tersebut membentuk suatu budaya 

organisasi yaitu sebagai budaya sekolah yang tertanam pada jati diri sekolah tersebut dan 

membentuk iklim budaya sekolah. Sekolah juga merupakan suatu kesatuan lembaga pendidikan 

yang bersifat kompetitif dan bekembang secara terus menerus mengikuti perkembangan era 

globalisasi.


Sekolah sebagai organisasi, organisasi dicirikan dengan perilaku didalam iklim organisasi yang

menyatu pada budaya organisasi yaitu sekolah. Menurut James L. Gibson (1985) bahwa keefektifan 

sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku manusiannya. Orang adalah sumber daya yang 

umum bagi semua organisasi, tidak ada organisasi “ tanpa orang “. Seperti halnya pada sebuah 

sekolah bahwa keefektifan sekolah sangat bergantung pada Sumber Daya Manusia di dalamnya.

Ketika organisai atau lembaga pendidikan yaitu sebuah sekolah memasuki lingkungan bisnis maka 

saat itu juga memasuki lingkungan yang kompetitif. Oleh karena itu manajemen lembaga pendidikan 

memerlukan sistem manajemen yang baik dan sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis pendidikan. 

Maka diperlukannya penigkatan mutu pelayanan pendidikan. Mutu pelayanan pendidikan diperoleh 

dan dibentuk dari iklim organisasi sekolah itu sendiri yang ditekankan pada kiat Sumber Daya 

Manusia di dalam sekolah, sebab organisasi sebagai suatu sistem sosial. Hubungan antara individu 

dan kelompok dalam organisasi sekolah menciptakan harapan-harapan bagi perilaku individu yang 

berujung pada pembangunan budaya organisasi sekolah. Di dalam suatu dimensi lingkungan banyak 

variabel – variabel yang mempengaruhi organisasi sekolah beserta manajemen didalamnya.


Budaya sekolah sangat berpengaruh  terhadap mutu pelayanan pendidikan. Konsumen atau

pelanggan pendidikan memerlukan mutu untuk memenuhi kebutuhan mereka, menyenangkan 

mereka dan mutu menjadi prioritas pertama didalam sebuah sekolah. Sebuah sekolah yang berhasil 

akan melakukan hal yang sangat baik melalui peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan hasilnya, 

sekolah akan tumbuh dan memiliki potensi bisnis pendidikan yang sangat luar biasa.

Manajemen dan usaha perbaikan secara terus menerus mampu menjawab dan mengubah posisi

budaya sekolah yang lebih baik dan unggul. Manajemen dalam organisasi sekolah juga harus 

tanggap terhadap faktor- faktor kebutuhan pelanggan atau klien pendidikan, kendala hukuman atau 

politis, serta perubahan ekonomi, teknologi dan pembangunan. Total Quality Management sebagai 

pendekatan yang digunakan dalam meningkatkan iklim budaya sekolah sehingga dapat 

meningkatkan mutu pelayanan pendidikan. Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1995) 

bahwa Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang 

mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas 

produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.

Dalam mutu pelayanan pendidikan terdapat suatu produktivitas yang harus dikendalikan sebagai

perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang 

dipergunakan (input). Pengelolaan produktivitas itu sendiri tak lepas dari gaya kepemimpinan 

seorang manajer sekolah. Kepemimpinan dalam organisasi merupakan motor atau daya penggerak 

daripada semua sumber – sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi (Sondang P. Siagian). 

Produktivitas suatu sekolah dapat dinyatakan secara kuantitas dan kualitas sebagai proses 

membangun budaya sekolah yang baik melalui peningkatan mutu pelayanan pendidikan. 

Produktivitas sekolah secara kuantitas di ukur berupa output jumlah tamatan sebuah sekolah dan 

input jumlah tenaga kerja dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb). 

Produktivitas sekolah dalam ukuran kualitas tidak dapat di ukur dengan uang, namun digambarkan 

dari ketetapan menggunakan metode, cara kerja dan penggunaan cara tersebut sehingga beban dan 

volume kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat respon positif 

oleh pelanggan sekolah terhadap hasil kerjanya.

Dari pernyataan di atas, maka budaya organisasi yang di warnai dengan iklim sekolah dapat 

mempengaruhi suatu mutu pelayanan pendidikan didalam sekolah itu sendiri dan menekankan pada 

kepuasan pelanggan pendidikan.


PEMBAHASAN

Budaya merupakan nilai – nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai acuan bersama yang diikuti dan

dihormati. Didalam organisasi, kebiasaan ini menjadi budaya kerja sumber daya manusia didalam 

organisasi, dan sering dinamakan budaya organisasi. Budaya organisasi sekolah sebagai cara orang 

melakukan sesuatu dalam organisasi. Budaya organisasi merupakan satuan norma yang terdiri dari 

keyakinan, sikap, Core Values, dan pola perilaku yang dilakukan orang dalam organisasi (Tan, 

2002:18). Keyakinan bersama, Core Values dan pola perilaku mempengaruhi kinerja organisasi.  

Keyakinan adalah semua asumsi dan persepsi tenteng sesuatu, orang dan organisasi secara 

keseluruhan, dan diterima sebagai sesuatu yang benar dan sah. Core Values adalah nilai-nilai 

dominan yang diterima diseluruh organisasi, sedangkan pola perilaku adalah cara orang bertindak 

terhadap orang lain. Suatu organisasi dengan keyakinan atas potensi orangnya dan Core Values atas 

penghargaan akan mempunyai pola perilaku yang diinginkan dalam memperlakukan orang dengan 

baik.

Didalam era yang semakin kompetitif ini, budaya organisasi berkembang sesuai perkembangan 

lingkungan. Terlebih pada bidang organisasi pendidikan yaitu sekolah mengalami perkembangan 

sangat pesat sekali. Budaya organisasi pada setiap sekolah – sekolah kota  sangat berbeda –beda. 

Budaya organisasi memiliki ciri – ciri yang stabil dan tetap, yang cenderung membuat budaya 

tersebut sangat kebal terhadap perubahan. Sebuah budaya membutuhkan waktu yang lama untuk 

pembentukannya dan sekali terbentuk, budaya itu cenderung menjadi berurat berakar. Budaya- 

budaya yang kuat, seperti IBM  bisa kebal terhadap perubahan sebab para karyawan ikut terlibat 

didalamnya. Begitu pula dengan organisasi pendidikan akan bisa kuat jika personil – personil 

pendidikan ikut terlibat didalam manajemen sekolah tersebut.

Di dalam organisasi pendidikan tidak lepas dari perilaku organisasi itu sendiri. Karena perilaku 

organisasi tersebut cenderung membentuk budaya yang akan di pakai sebagai dasar pijakan mutu 

organisasi yaitu mutu pelayanan pendidikan. Menurut Pheagan (2000:5) mengemukakan bahwa apa 

yang kita lakukan tergantung pada dua hal, yaitu kepribadian dan situasi. Apabila organisasi bergerak 

dari situasi yang satu ke situasi lainnya, kita mengubah perilaku seperti yang diperlukan. Disatu sisi 

lain, kita hanya dapat melakukan sedikit hal atas kepribadian seseorang, tetapi lebih banyak dapat 

berbuat pada situasi, situasi ni berbentuk budaya yang sebenarnya dan dapat dipengaruhi. Interaksi 

antara situasi dan kepribadian membentuk perilaku seseorang. Perilaku merupakan cermin budaya 

dan kepemimpinan. Hal yang dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan budaya organisasi. 

Hal yang dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan perilaku pemimpinnya.

Perilaku organisasi itu sendiri ibarat organisme biologi yang telah dewasa, terarah pada satu tujuan 

dan bukannya sekedar bergerak secara refleksi atau acak berkala, semua ini tergantung pada 

lingkungan organisasi yang membentuk perilaku organisasi. Banyak perkembangan ekonomi, 

budaya, politik dan ilmu pengetahuan dalam lingkungan sehingga banyak mempengaruhi tujuan 

organisasi. Bidang pendidikan yang merupakan organisasi sekolah akan cepat berkembang pesat 

sesuai lingkungan sekitar dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, organisasi sekolah tergantung 

pada lingkungan dan perkembangan zaman sehingga banyal yang akan berkontradisi, maka 

organisasi sekolah terlebih pada Sekolah Dasar Negeri Kota  harus lebih menyesuaikan diri terhadap 

perubahan – perubahan dalam lingkungannya agar supaya tetap hidup dan mendapatkan sebuah 

keuntungan bagi sekolah itu sendiri.

Organisasi sekolah akan menembus semua tingkat kehidupan, dimana seseorang akan terlibat dan 

berhubungan dengan berbagai organisasi beserta manajemennya. Pada kenyataannya, pelanggan 

pendidikan  maupun non pendidikan masa ini hidup dengan di pengaruhi oleh organisasi, sehingga 

sebagian besar individu didalam kehidupannya menghabiskan waktu sebagai anggota organisasi 

kerja, sekolah, sosial, negara, gereja, maupun masjid. Individu di dalam organisasi tersebut sebagai 

karyawan, mahasiswa, klien, pasien, atau warga negara sekali pun.

Seorang mendirikan sebuah sekolah karena alasan, bahwa organisasi dapat mencapai sesuatu yang 

tidak dapat di capai secara perorangan. Jadi, tujuan untuk memperoleh keuntungan dalam 

menyelenggarakan dan mengelolah sekolah dapat dilaksanakan secara terarah sesuai dengan tujuan 

sekolah itu sendiri. Untuk menyelenggarakan sebuah organisasi pendidikan harus memikirkan mutu 

pelayanan dari pendidikan itu sendiri, tidak menutup kemungkinan mutu pelayanan dibutuhkan 

untuk menarik pelanggan pendidikan dan memberikan yang terbaik bagi pelanggan pendidikan dan 

kemajuan organisasi sekolah.

Organisasi pendidikan masing – masing mempunyai sebuah tujuan tersendiri, untuk itu dalam 

mencapai tujuan yakni tujuan sekolah diperlukan sebuah mutu pelayanan sekolah. Mutu pelayanan 

tersebut merupakan sebuah pemberian jasa kepada pelanggan. Pelanggan menjadi prioritas utama 

dalam pelayanan. Pelanggan pendidikan terdiri dari pelanggan internal dan eksternal. Keragaman 

pelanggan tersebut membuat seluruh organisasi pendidikan harus lebih memfokuskan perhatiannya 

kepada para pelanggan dan mengembangkan mekanisme untuk merespon mereka.

Kebutuhan dan hasil produktivitas pelanggan internal dan eksternal pendidikan berbeda sekali. 

Didalam Total Quality Management, salah satu tujuan TQM adalah untuk merubah institusi yang 

mengoperasikannya menjadi sebuah tim yang ikhlas, tanpa konflikn dan kompetensi internal, untuk 

meraih sebuah tujuan tunggal, yaitu memuaskan pelanggan.

Total Quality Management adalah sebuah pendekatan praktis, namun strategis, dalam menjalankan 

roda organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kliennya, (Edward Sallis : 

2011). Tujuannya adalah untuk mencari hasil yang lebih baik. TQM bukan merupakan sekumoulan 

slogan, namun merupakan suatu pendekatan sistematis dan hati – hati untuk mencapai tingkatan 

mutu atau kualitas yang tepat dengan cara yang konsisten dalam  memenuhi kebutuhan dan 

keinginan pelanggan.

Sebagai sebuah pendekatan, TQM mencari sebuah perubahan permanen dalam tujuan sebuah 

organisasi pendidikan, dari tujuan tersebut sekolah mempunyai tingkat kelayakan jangka pendek 

menuju perbaikan mutu jangka panjang. Sekolah yang melakukan inovasi secara konstan, melakukan 

perbaikan dan perubahan secara terarah, dan mempraktekan TQM, akan mengalami siklus 

pernaikan secara terus menerus. Semangat Manajemn dalam TQM akan menciptakan sebuah upaya 

sadar untuk menganakisa apa yang sedang dikerjakan dan merencanakan perbaikannya. Untuk 

menciptakan kultur perbaikan terus menerus, seseorang manajer harus mempercayai stafnya dan 

mendelegasikan keputusan pada tingkatan – tingakatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk 

menyampaikan mutu dalam linkungan mereka. Staf membutuhkan kebebasan kerja dalam kerangka 

kerja yang sudah jelas dan tujuan oerganisasi pendidikan yang sudah diketahui.

Dalam melaksanakan sebuah alur TQM, mutu merupakan sebuah gairah dan pandangan hidup bagi 

organisasi sekolah yang menerapkannya. Yaitu bagaimana membangkitkan keinginan dan hasrat 

untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal tersebut akan terwujud jika adanya kepemimpinan yang 

baik pada sebuah organisasi sekolah. Kepemimpinan adalah unsur yang penting dalam TQM. 

Pemimpin harus memiliki visi dan mampu menerjemahkan visi tersebut kedalam kebijakan yang 

jelas dan tujuan yang spesifik.

Kepemimpinan sekolah yang dilakukan oleh seorang pemimpin menjadi pertimbangan yang penting 

dalam mencapai mutu yang unggul. Pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif – perspektif  

berikut ini : Visi dan simbol – simbol, Kepala Sekolah harus mengkomunikasikan nilai – nilai 

organisasi sekolah kepada para staf, para pelajar dan kepada komunitas yang yang lebih luas, 

Mengkondisikan gaya kepemimpinan yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi, Memberi pencerahan 

kepada para pelajar bahwa organisasi pendidikan memiliki fokus yang jelas terhadap pelanggan 

utamanya, Otonomi, eksperimentasi dan antisipasi terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus 

melakukan inovasi diantara staf-stafnya dan bersiap-siap mengantisipasi kegagalan yang mengiringi 

inovasi tersebut, Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin harus menciptakan rasa kekeluargaan 

diantara para pelajar, orangtua, guru, dan staf dalam organisasi sekolah, Ketulusan, kesabaran, 

semangat, intensitas, dan antusiasme. Sifat – sifat tersebut merupakan mutu personal essensial yang 

dibutuhkan pemimpin lembaga pendidikan.

Dalam hubungan mutu dengan perilaku pemimpin, ada dua hal yang biasanya terhadap bawahan 

atau stafnya untuk mencapai mutu pelayanan sekolah, yaitu : perilaku mengarahkan dan perilaku 

mendukung. Perilaku mengarahkan dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seseorang pemimpin 

melibatkan diri dalam komunikasi satu arah dalam lembaga pendidikan. Bentuk dari perilaku 

pengarahan dalam komunikasi antara lain : menetapkan peranan yang seharusnya dilakukan oleh 

bawahan atau stafnya, memberitahukan pengikut tentang apa yang seharunya bisa dikerjakan. 

Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua 

arah, misalnya : mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi, dan 

melibatkan para stafnya dalam pengambilan keputusan. Hal diatas menyatakan bahwa staf atau 

bawahan juga ikut serta berperan untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.

Kesimpulan

Di dalam organisasi pendidikan tidak lepas dari perilaku organisasi itu sendiri. Karena perilaku

organisasi cenderung membentuk budaya yang akan di pakai sebagai dasar pijakan mutu organisasi 

yaitu mutu pelayanan pendidikan. Perilaku merupakan cermin budaya dan kepemimpinan. Hal yang 

dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan budaya organisasi. Hal yang dilakukan orang dalam 

organisasi mencerminkan perilaku pemimpinnya.

Saran

Bagi semua pemimpin di dalam ruang lungkup pendidikan yaitu sekolah sebaiknya memperbaiki 

mutu pelayanan pendidikan didalam organisasi itu sendiri dengan cara melakukan perbaikan secara 

terus menerus. Dengan peningkatan mutu yang lebih baik akan mengubah buadaya organisasi serta 

perilaku organisasi yang lebih unggul juga.

No comments:

Post a Comment