“novantogate”
PROFIL
Nama : Setya Novanto
Tempat lahir: Bandung
Tanggal lahir: Jum’at,
12 November 1954
Agama: Islam
PENDIDIKAN
Universitas Trisakti
Jakarta, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Management (1983)
Universitas
Widyamandala Surabaya, Fakultas EkonomiJurusan Akuntansi (1979)
SMA Negeri 9, Jakarta
(1970 - 1973)
SMP Negeri 73 Tebet,
Jakarta (1967 - 1970)
SD Negeri 5, Bandung
TK Dewi Sartika,
Bandung
KARIR
PT. Nagoya Plaza Hotel,
Batam-Presiden Komisaris (1987 - 2004)
PT. Dwisetia Indo
Lestari, Batam-Komisaris (1987 - 2004)
PT. Bukit Granit Mining
Mandiri, Batam-Komisaris (1990 - 2004)
PT. Orienta Sari
Mahkota-Komisaris (1992 - 2003)
PT. Menara Wenang,
Jakarta-Komisaris (1992 - 2003)
PT. Solusindo Mitra
Sejati, Jakarta-Komisaris (1992 - 1996)
PT. Dwimarunda Makmur,
Jakarta-Direktur (1992 - 2000)
PT. Bogamakmur
Arthawijaya, Jakarta-Komisaris (1996 - sekarang)
Founder Tee Box Cafe,
Jakarta (1996 - sekarang)
NOVA GROUP, Jakarta-
Presiden Komisaris (1998 - 2004)
PT. Mulia Intan
Lestari, Jakarta-Presiden Direktur (1999 - 2000)
Anggota DPR-RI dari
Partai Golkar (1999 - 2004, 2004 - 2009, 2009 - 2014)
Ketua Fraksi Partai
Golkar (2009 - 2014)
Ketua DPR (2014 – 2019)
Kasus Setya
Novanto-Donald Trump, Mengungkapkan Sisi Lain Ketua DPR
Ketua DPR RI Setya Novanto
hadir dalam acara konfrensi pers kampanye calon presiden Amerika Serikat dari
Partai Republik, Donald Trump, di New York, pada 3 September lalu, yang membuat
heboh Indonesia.
Ketika Setya berjabat
tangan dengan Trump, Terlihat dia mamakai jam tangan bermerek “Richard Mille”.
Harganya mencapai miliaran rupiah. Beberapa kali lipat lebih mahal daripada jam
tangan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, dan Pangeran William dari
Inggris. Mungkin juga lebih mahal daripada jam tangannya Donald Trump sendiri.
Sebenarnya adalah hak
pribadinya Setya Novanto untuk memiliki jam tangan atau benda lainnya semewah
apapun sepanjang itu semua didapat dari sumber-sumber yang legal. Namun
demikian sebagai pejabat negara, Setya seharusnya bisa menahan diri untuk tidak
“memamerkan” kemewahannya itu kepada rakyat Indonesia yang sebagian besar masih
hidup dalam keprihatinan.
Memujinya, dan secara
lancang menyatakan, benar, rakyat Indonesia sangat menyukai Donald Trump. Lupa
diri bahwa ia datang ke Amerika Serikat itu dalam tugas kenegaraan atas biaya
negara pula, dan saat menghadiri konferensi pers kampanye Donald Trump itu pun
masih mengenakan pin DPR-RI di stelan jasnya itu.
Mumpung dibiayai
negara, maka Setya Novanto, Fadli Zon dan para anggota DPR lainnya itu pun
menyewa kamar hotel yang mewah pula. Tarifnya sekitar Rp. 19 juta per
kamar per malam. Mumpung dikasih uang saku oleh negara sebesar sekitar Rp. 7,5
juta per orang per hari. Setya dan para koleganya itu terbang ke New York untuk
menghadiri Konferensi Dunia IV Pimpinan Parlemen di Markas Besar Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang digelar 31 Agustus-2 September 2015. Tetapi, setelah
konferensi berakhir, sebagian besar dari mereka tidak langsung pulang ke Tanah
Air. FITRA berhitung anggaran yang dikeluarkan negara untuk membiayai para
anggota DPR ke Amerika Serikat itu dalam rangka tugas negara paling sedikit Rp.
4,6 miliar, tetapi lebih cenderung pada angka lebih dari Rp. 10 miliar. Sungguh
malang nasib rakyat Indonesia karena justru sampai saat ini mereka mempunyai
banyak sekali anggota DPR, maupun DPRD bukan untuk memperjuangkan kepentingan
rakyat, tetapi dari semula sudah dicita-citakan hanya sebagai prasarana mencari
pekerjaan, mencari jabatan, dan tentu saja kekayaan sebesar-besarnya.
Dulu sebelum Presiden
Jokowi naik menjadi pemimpin Negara ini banyak dari Koalisi merah putih yang
menyebut pak Jokowi sebagai antek” asing atau amerika, sekarang malah jelas
dari anggota kmp tersebut yang jelas” dating dan mendukung calon presiden
Amerika itu. Siapa sebenarnya yang menjadi antek” asing?
Referensi
No comments:
Post a Comment